Lokasi Kampung Naga
Kampung Naga terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa
Barat.
Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya. Kampung ini berada di lembah yang subur dengan batas wilayah sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat
karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga.
Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan
timur dibatasi oleh Ciwulan (Kali Wulan) yang sumber airnya berasal dari
Gunung Cikuray di daerah Garut.
Cultural Attraction
·
Tugu Kujang
Tugu
Kujang Pusaka, sebuah tugu yang menggambarkan kejujuran, kekuatan, dan
keberanian untuk mempertahankan kebenaran.Tugu
ini diresmikan langsung oleh Gubernur Jawa Barat Bapak Ahmad Heryawan pada
tahun 2009. Dalam sambutannya, Gubernur Jabar mengharapkan agar tugu tersebut
tidak dijadikan jimat, tapi sebatas simbol.
· Rumah Penduduk Kampung Naga
Struktur bangunan tempat tinggal masyarakat
kampung Naga memiliki keunikan. Hal ini tercermin dari bentuk
bangunan yang berbeda dari bangunan pada umumnya termasuk letak, arah rumah
hingga bahan-bahan yang membentuk rumah itu semuanya selaras dengan alam dan
begitu khas. Dengan ketinggian kontur tanah yang berbeda-beda di tiap tempat,
maka rumah-rumah di Kampung Naga di buat
berundak-undak mengikuti kontur tanah. Deretan rumah yang satu lebih tinggi
dari rumah yang lain dengan pembatas sangked-sangked
batu yang disusun sedemikian rupa hingga membuat tanah yang di atas meski ada
bangunannya tidak mudah longsor ke bawah dan menimpa rumah yang ada di
bawahnya.
Rumah penduduk
kampung Naga berarsitektur panggung.
Yang mana rumah-rumah tersebut berderet rapi dan memanjang dari barat ke timur. Atapnya
terbuat dari daun rumbia, daun kelapa, atau injuk sebagi penutup bumbungan.
Dinding rumah dan bangunan lainnya, terbuat dari anyaman bambu (bilik).
Sementara itu pintu bangunan terbuat dari serat rotan dan semua bangunan
menghadap Utara atau Selatan.
Selain
itu tumpukan batu yang tersusun rapi dengan tata letak dan bahan alami
merupakan ciri khas gara arsitektur dan ornamen Perkampungan Naga. Di depan
rumah biasanya terdapat semacam teras atau serambi kecil yang digunakan untuk
melakukan aktivitas dan berinteraksi dengan sesama penduduk. Menurut anggapan masyarakat Kampung
Naga, rizki yang masuk kedalam rumah melaui pintu depan tidak akan keluar
melalui pintu belakang. Untuk itu dalam memasang daun pintu, mereka selalu
menghindari memasang daun pintu yang sejajar dalam satu garis lurus.
·
Kerajinan
kampung Naga
Bahan baku kerajinan yang mampu dibuat
oleh masyarakat di Kampung Naga berasal dari bambu karena jumlah bambu yang
mudah didapat atau membeli dari warga yang memiliki. Kerajinan ini dapat berupa
tirai, tatakan minuman, dll. Adapun barang dari raja pola, yaitu tas, sandal,
topi yang dapat diubah menjadi kipas, pensil kayu, dll.
· Kesenian kampung Naga
kesenian terbangan |
Kesenian kampung
Naga merupakan warisan leluhur masyarakat
Kampung Naga itu sendiri.
Kesenian tersebut berupa terbangan, angklung,
beluk, dan rengkong. Kesenian beluk kini sudah jarang dilakukan, sedangkan kesenian rengkong sudah tidak dikenal lagi terutama oleh kalangan generasi muda.
Natural Attraction
Daya
tarik obyek wisata Kampung Naga terletak pada kehidupan yang unik dari
komunitas yang terletak di Kampung Naga tersebut. Kehidupan mereka dapat
berbaur dengan masyrakat modern, beragama Islam, tetapi masih kuat memlihara
Adat Istiadat leluhurnya. Seperti berbagai upacara adat, upacara hari-hari besar Islam misalnya Upacara bulan Mulud
atau Alif dengan melaksanakan Pedaran (pembacaan Sejarah Nenek Moyang) Proses
ini dimulai dengan mandi di Sungai Ciwulan dan Wisatawan boleh mengikuti acara
tersebut dengan syarat harus patuh pada aturan disana.
Bangunan di Kampung Naga terdiri rumah, mesjid, patemon (balai
pertemuan) dan lumbung padi. Atapnya terbuat dari daun rumbia, daun kelapa,
atau injuk sebagi penutup bumbungan. Dinding rumah dan bangunan lainnya,
terbuat dari anyaman bambu (bilik). Sementara itu pintu bangunan terbuat dari
serat rotan dan semua bangunan menghadap Utara atau Selatan. Selain itu
tumpukan batu yang tersusun rapi dengan tata letak dan bahan alami merupakan
ciri khas gara arsitektur dan ornamen Perkampungan Naga. Bentuk rumah
masyarakat Kampung Naga harus panggung, bahan rumah dari bambu dan kayu. Atap
rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai rumah harus terbuat
dari bambu atau papan kayu. Rumah harus menghadap kesebelah utara atau ke
sebelah selatan dengan memanjang kearah Barat-Timur.
Events
·
Nyepi
Upacara
menyepi dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga pada hari selasa, rabu, dan hari
sabtu. Upacara ini menurut pandangan masyarakat Kampung Naga sangat penting dan
wajib dilaksanakan, tanpa kecuali baik laki-laki maupun perempuan. Oleh sebab
itu jika ada upacara tersebut di undurkan atau dipercepat waktu pelaksanaannya.
Pelaksanaan upacara menyepi diserahkan pada masing-masing orang, karena pada dasarnya
merupakan usaha menghindari pembicaraan tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan adat istiadat. Melihat kepatuhan warga Naga terhadap aturan adat, selain
karena penghormatan kepada leluhurnya juga untuk menjaga amanat dan wasiat yang
bila dilanggar dikuatirkan akan menimbulkan malapetaka.
· Hajat
Sasih
Upacara
Hajat Sasih dilaksanakan oleh seluruh warga adat Sa-Naga, baik yang bertempat
tinggal di Kampung Naga maupun di luar Kampung Naga. Maksud dan tujuan dari
upacara ini adalah untuk memohon berkah dan keselamatan kepada leluhur Kampung
Naga, Eyang Singaparna serta
menyatakan rasa syukur kepada Tuhan yang mahaesa atas segala nikmat yang telah
diberikannya kepada warga sebagai umat-Nya.
Upacara
Hajat Sasih diselenggarakan pada bulan-bulan dengan tanggal-tanggal sebagai
berikut:
- Bulan Muharam (Muharram) pada tanggal 26, 27, 28
- Bulan Maulud (Rabiul Awal) pada tanggal 12, 13, 14
- Bulan Rewah (Sya'ban) pada tanggal 16, 17, 18
- Bulan Syawal (Syawal) pada tanggal 14, 15, 16
- Bulan Rayagung (Dzulkaidah) pada tanggal 10, 11, 12
Pemilihan
tanggal dan bulan untuk pelaksanaan upacara Hajat Sasih sengaja dilakukan
bertepatan dengan hari-hari besar agama Islam. Penyesuaian waktu tersebut
bertujuan agar keduanya dapat dilaksanakan sekaligus, sehingga ketentuan adat
dan akidah agama islam dapat dijalankan secara harmonis.
Upacara Hajat Sasih merupakan
upacara ziarah dan membersihkan makam. Sebelumnya para peserta upacara harus
melaksanakan beberapa tahap upacara. Mereka harus mandi dan membersihkan diri
dari segala kotoran di sungai
Ciwulan. Upacara ini disebut beberesih atau susuci. Selesai mandi
mereka berwudlu di tempat itu juga kemudian mengenakan pakaian khusus. Secara
teratur mereka berjalan menuju mesjid. Sebelum masuk mereka mencuci kaki
terlabih dahulu dan masuk kedalam sembari menganggukan kepala dan mengangkat
kedua belah tangan. Hal itu dilakukan sebagai tanda penghormatan dan
merendahkan diri, karena mesjid merupakan tempat beribadah dan suci. Kemudian
masing-masing mengambil sapu lidi yang telah tersedia di sana dan duduk sambil
memegang sapu lidi tersebut.
Adapun kuncen, lebe,
dan punduh / Tua kampung selesai mandi kemudian
berwudlu dan mengenakan pakaian upacara mereka tidak menuju ke mesjid,
melainkan ke Bumi Ageung. Di
Bumi Ageung ini mereka menyiapkan lamareun dan parukuyan untuk nanti di bawa ke
makam. Setelah siap kemudian mereka keluar. Lebe membawa lamareun dan punduh
membawa parukuyan menuju makam. Para peserta yang berada di dalam mesjid keluar
dan mengikuti kuncen, lebe, dan punduh satu persatu. Mereka berjalan beriringan
sambil masing-masing membawa sapu lidi. Ketika melewati pintu gerbang makam
yang di tandai oleh batu besar, masing-masing peserta menundukan kepala sebagai
penghormatan kepada makam Eyang Singaparna.
Hanya kuncen yang masuk ke dalam makam. Lebe dan Punduh hanya menyerahkan lamareun dan parakuyan
kepada kuncen kemudian keluar lagi. Kuncen membakar kemenyan untuk unjuk-unjuk
(meminta izin ) kepada Eyang Singaparna. Ia melakukan unjuk-unjuk sambil
menghadap kesebelah barat, kearah makam. Arah barat artinya menunjuk ke arah
kiblat. Setelah kuncen melakukan unjuk-unjuk, kemudian ia mempersilahkan para
peserta memulai membersihkan makam keramat bersama-sama. Setelah membersihkan
makam, kuncen dan para peserta duduk bersila mengelilingi makam. Masing-masing
berdoa dalam hati untukmemohon keselamatan, kesejahteraan, dan kehendak masing-masing peserta.
Setelah itu kuncen mempersilakan Lebe untuk memimpin pembacaan ayat-ayat Suci
Al-Quran dan diakhri dengan doa bersama.
Selesai
berdoa, para peserta secara bergiliran bersalaman dengan kuncen. Mereka
menghampiri kuncen dengan cara berjalan ngengsod. Setelah bersalaman para
peserta keluar dari makam, diikuti oleh punduh, lebe dan kuncen. Parukuyan dan
sapu lidi disimpan di "para" mesjid. Sebelum disimpan sapu lidi
tersebut dicuci oleh masing-masing peserta upacara di sungai Ciwulan, sedangkan
lemareun disimpan diBumi Ageung.
Acara
selanjutnya diadakan di mesjid. Setelah
para peserta upacara masuk dan duduk di dalam mesjid, kemudian datanglah
seorang wanita yang disebut patunggon sambil membawa air di dalam kendi,
kemudian memberikannya kepada kuncen. Wanita lain datang membawa nasi tumpeng
dan meletakannya ditengah-tengah. Setelah wanita tersebut keluar, barulah
kuncen berkumur-kumur dengan air kendi dan membakar dengan kemenyan. Ia
mengucapkan Ijab kabul sebagai pembukaan. Selanjutnya lebe membacakan doanya
setelah ia berkumur-kumur terlebih dahulu dengan air yang sama dari kendi.
Pembacaan doa diakhiri dengan ucapan amin dan pembacaan Al-fatihah. Maka
berakhirlah pesta upacara Hajat Sasih tersebut. Usai upacara dilanjutkan dengan
makan nasi tumpeng bersama-sama. Nasi tumpeng ini ada yang langsung dimakan di
mesjid, ada pula yang dibawa pulang kerumah untuk dimakan bersama keluarga
mereka.
·
Perkawinan
Upacara
perkawinan bagi masyarakat Kampung Naga adalah upacara yang dilakukan setelah
selesainya akad nikah. adapun tahap-tahap upacara tersebut adalah sebagai
berikut: upacara sawer, nincak endog (menginjak telur), buka pintu, ngariung (berkumpul), ngampar
(berhamparan), dan diakhiri dengan munjungan.
Upacara
sawer dilakukan selesai akad nikah, pasangan pengantin dibawa ketempat
panyaweran, tepat di muka pintu. mereka dipayungi dan tukang sawer berdiri di
hadapan kedua pengantin. panyawer mengucapkan ijab kabul, dilanjutkan dengan
melantunkan syair sawer. ketika melantunkan syair sawer, penyawer menyelinginya
dengan menaburkan beras, irisan kunir, dan uang logam ke arah pengantin.
Anak-anak yang bergerombol di belakang pengantin saling berebut memungut uang
sawer. isi syair sawer berupa nasihat kepada pasangan pengantin baru.
Usai upacara sawer dilanjutkan
dengan upacara nincak endog. endog (telur) disimpan di atas golodog dan mempelai laki-laki
menginjaknya. Kemudian mempelai perempuan mencuci kaki mempelai laki-laki
dengan air kendi. Setelah itu mempelai perempuan masuk ke dalam rumah,
sedangkan mempelai laki-laki berdiri di muka pintu untuk melaksanakan upacara
buka pintu. Dalam upacara buka pintu terjadi tanya jawab antara kedua mempelai
yang diwakili oleh masing-masing pendampingnya dengan cara dilagukan. Sebagai
pembuka mempelai laki-laki mengucapkan salam yang kemudian dijawab oleh
mempelai perempuan. Setelah
tanya jawab selesai pintu pun dibuka dan selesailah upacara buka pintu.
Setelah upacara buka pintu
dilaksanakan, dilanjutkan dengan upacara ngampar, dan munjungan. Ketiga upacara
terakhir ini hanya ada di masyarakat Kampung Naga. Upacara riungan adalah
upacara yang hanya dihadiri oleh orang tua kedua mempelai, kerabat dekat,
sesepuh, dan kuncen. Adapun kedua mempelai duduk berhadapan, setelah semua
peserta hadir, kasur yang akan dipakai pengantin diletakan di depan kuncen.
Kuncen mengucapakan kata-kata pembukaan dilanjutkan dengan pembacaan doa sambil
membakar kemenyan. Kasur kemudian di angkat oleh beberapa orang tepat diatas
asap kemenyan.
Usai acara tersebut dilanjutkan
dengan acara munjungan. kedua mempelai bersujud sungkem kepada kedua orang tua
mereka, sesepuh, kerabat dekat, dan kuncen. Akhirnya selesailah rangkaian
upacara perkawinan di atas. Sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada para
undangan, tuan rumah membagikan makanan kepada mereka. Masing-masing
mendapatkan boboko (bakul) yang
berisi nasi dengan lauk pauknya dan rigen
yang berisi opak, wajit, rengginang,
dan pisang.
Beberapa hari setelah perkawinan,
kedua mempelai wajib berkunjung kepada saudara-saudaranya, baik dari pihak
laki-laki maupun dari pihak perempuan. Maksudnya untuk menyampaikan ucapan terima
kasih atas bantuan mereka selama acara perkawinan yang telah lalu. Biasanya
sambil berkunjung kedua mempelai membawa nasi dengan lauk pauknya. Usai beramah
tamah, ketika kedua mempelai berpamitan akan pulang, maka pihak keluarga yang
dikunjungi memberikan hadiah seperti peralatan untuk keperluan rumah tangga
mereka.
Entertainment
· Fasilitas belanja
Di kampung Naga juga terdapat toko souvenir. Biasanya
toko-toko ini menjual barang hasil kerajinan masyarakat kampung Naga. Bahan baku kerajinan yang dibuat
oleh masyarakat di Kampung Naga berasal dari bambu karena jumlah bambu yang
mudah didapat atau membeli dari warga yang memiliki. Kerajinan ini dapat berupa
tirai, tatakan minuman, dll. Adapun barang dari raja pola, yaitu tas, sandal,
topi yang dapat diubah menjadi kipas, pensil kayu, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar